Budaya ‘latah’ Fans Layar Kaca EPL

Almost a decade gue kaga posting tulisan, bukan basket, sekedar opini tambahan buat kamu soal pengemar sepakbola inggris. mereka boleh Militan ? Kita ? jilat ketek anda dulu.

BSIvJD0CYAANVL7

spend some ******* money”,  “you don’t know what you’re doing.”

– Fans anger

Man City fans chant to Cardiff fans: “Where were you when you were blue?”

Cardiff fans: “Where were you when you were shit?”

Aston Villa fans chants to Arsenal Fans: “We dont care about Arsenal, they dont care about me, all i care about is AVFC” and its goes on and on and on.

Distance between London, England, United Kingdom and Jakarta, Indonesia 7278 miles (11713 km) (6325 nautical miles)

Kira kira segitulah jarak Inggris ke Jakarta / Indonesia. Dimana sepakbola menjadi motor utama saat weekend. Masih di hina dengan perkataan ‘Malam Minggu dirumah ?’, anda orang Indonesia jangan bilang ‘ada EPL kok’ itu tidak menyelesaikan masalah, kita JAUH dari Inggris, jadi jangan meng-inggris kan keadaan kita dengan disana. Disana Sepakbola adalah hiburan utama bukan sinetron atau mall. Tanyakan kepada subway di London saat EPL bergulir 17 agustus lalu. Apa yang terjadi ? Chants everywhere, goosebumps dan excitement.

Bring your girl, your mom your dad into football games !

Saya bukan JongosBola karena jujur saya tidak mau memberi pendapat sotoy soal sepakbola apalagi soal atmosfir sepakbola di inggis karena saya membaca buku, nonton video youtube atau saya menyimpulkan lewat film Green Street Hooligans. Saya tidak mau menggunakan kata ‘glory hunter’ karena memang sampai fans Wigan, Fulham atau Middlesbrough-pun masih bisa disebut glory hunter dengan perspektif berbeda di setiap sudut pandangnya, jujur soal atmosfir jangan membahas didepan muka saya karena saya merasakan apa yang disebut atmosfir opening di liga terbesar di dunia. Jika tidak ada glory hunter maha tidak mungkin 70rb kursi di Old Trafford atau bahkan 25rb kursi di Craven Cottage akan penuh jika ada match.

Subway, Bar menjadi saksi bisu para penggila sepakbola, bukan saksi bahkan Bar menjadi aktor utama para Hooligans menghabiskan waktu weekend. 1 gelas 2 gelas 3 gelas 4 gelas berapapun mereka tegang disana sambil berterika memaki dan berteriak histeris jika gol. Sekelemparan batu dr Holloway Road saya merasakan kalau Bir menjadi Kacang Kulit-nya Inggris jika di samakan dengan tradisi nonton bola di Indonesia. Di sini Nobar makan kacang, bukan Minum Bir. Mix Max saja anda Mabuk gimana Calsberg.

Atmosfir ? saya pernah membaca sebuah tweet dr akun twitter yang ngakunya total banget soal bola, dan saya mau memberi kritikan kalau, kata siapa ‘fans di stadion terus chanting dr awal sampai habis’ ? kata atmosfir anda di GBK ? jika iya maka yah banyak belajar deh. Fans West Ham ? Swansea ? WBA ? Chelsea ? Arsenal ? saya berani bertaruh anda tidak akan mampu 90 menit chant di lapangan, yang anda dengar di layar kaca adalah omelan dan umpatan setiap pemain melakukan kesalahan dan cheers setiap tim berhasil membangun attack yang sedap dipadang. Thats not chants itu Cuma gemuruh lapangan,min. Chants 90 menit ? Fans club sepertinya butuh Alkitab Chants. Dan soal membawa botol minum ke lapangan ? DI SANA KITA BEBAS MEMBAWA APAPUN. Saya membewa botol minum, sekantong burger dan cola seperti piknik, namun waktu saya emosi toh itu tidak melayang kepangan hal tersebut juga dialami 70rb penonton lainnya. Cuma disini kita norak.

Fans Militan ? ah usaha apa yang anda lakukan untuk tim tercinta memang kl anda bukan seasonal ticket holder.

Jujur, Cuma Fans indonesia yang bisa membuat chants baru yang pemain liga inggris tidak pernah dengar.

Disana suasananya sangat mencekam saat opening EPL, semua subway disiapkan, jalur khusus untuk match day dan jam subway ditambah saat bubaran match. Chanting dimulai saat anda masuk ke subway dan menuju stadion tujuan. Tidak ada namanya takut kepada lawan jika berpakanain bersebrangan. Serasa kota sangat siap menyambut EPL tapi mungkin London belum siap melihat kejutan awal minggu EPL. Karena setelah pertandingan selesai Bar siap menjadi penampung aspirasi para penggila bola untuk mengeluarkan uneg uneg dan ekspresi kebahagiann saja. 2 gelas untuk di kalah, dan minum sampai teler untuk yang menang. Cheers, Mate !

Kita masih terlalu ‘latah’ dengan budaya disana. Toh ingat jika anda belum mengeluarkan Poundsterling untuk menonton maka anda masih Fans layar kaca. Layar kaca yah sudah sampai layar kaca, tapi sekarang ada jenis fans layar twitter. Bekoar di twitter tapi fakta 0. Film, buku belum membuat kita mengerti apa arti sepakbola di inggris sampai ada merasakannya. Saya sendiri saat menulis ini masih merasakan sesuatu yang tidak bisa tergambarkan.

Bro ? disini disebut SKSD, tidak ayal anda bisa menerima jotosan mentah saat seenaknya memanggil orang dengan panggilan ‘bro’. Namun, Mate ? whoop kita semua sedarah saat duduk di bangku yang sama. ¼ sisanya adalah lawan adu bacot kita di lapangan atau disubway, namun hasil dilapangan akan membuktikan siapa ‘berkoar’ lebih besar. Mereka bisa memeluk kita, saling peluk tanpa kenal untuk menunjukan antusiasme saat goal tercipta. Disana makian adalah kata kata keren seperti ‘fuck, ‘shit’, ‘cunt’, ‘wanker’. Lalu saya ? Cuma bisa bilang ‘woi bangst lu wasit anjing’. Ngak keren.

Pembelajaran ? sebutan Glory Hunter disematkan pendukung Man Utd ke Man City, dan Birmingham ke Chelsea, padahal aslinya mereka adalah glory hunter sejati dengan mencari kebangaan dengan pemikiran bisa dibilang ‘pendukung hipster’ atau ‘pedukung setia’. Mau tes kesetiaan, datang ke Wales dan coba tanyakan kenapa dukung Cardiff City. Jawabannya ‘itu mengalir di darah’. Tidak ada fans murni sepakbola.

Saya bertemu dengan Fans Arsenal (60thn) dan Aston Villa (80thn) di subway, saya duduk ditengah tengahnya mengenakan jersey Arsenal 2013/2013 Away dgn nama Podolski. Pendukung AVFC berkata ‘Podolski is a great player, its wrong to play Santi instead Lukas’, dan saya membalas dengan senyuman, lalu sang Gooners sebelah saya membalas ‘Benteke is an amazing force, he’s gonna learn much lesson from AVFC’. Thats what we call Victory Through Harmony.

Bukan saatnya kita mencaci satu sama lain dengan menuding gloryhunter, berlagak paling tau soal EPL atau nge-tweet dengan bahasa british seakan kita peduli dengan sepakbola disana, kita peduli apakah mereka peduli ?

Saat saya bertemu dengan Gooners lain di Stadium dan menanyakan dari mana asal saya, saya jawab, dan jawabannya ‘where the hell is that ?’

Merasa menjadi fanbase terbesar ? think about it more then twice 🙂

Its not about a jersey you wear it or team you love, its about the art of football.

(mungkin) Ini Akhir Masa Indah Arsenal – Arsene

Setiap manis ada akhirnya yang selalu pahit.

Arsenal telah dipimpin Arsene Wenger sejak 1996-sekarang, bukan sebuah jangka waktu yang sebentar dah Arsene sudah member banyak gelar kepada Arsenal. Wenger sendiri telah menerima 11 gelar pribadi selama melatih di Inggris bersama Arsenal. 3 Premier League, 4 FA Cup dan 4 Community Shield bukan sebuah peer mudah yang bisa diselesaikan hanya dalam 5-6 tahun melatih, butuh belasan tahun untuk melakukannya namun Ironi-nya adalah Arsene telah gagal membuat Arsenal Juara apapun itu (kompetisi yang Arsenal ikuti ialah Champions League, FA Cup, Carling Cup, dan Premier League) dari semua kompetisi yang Arsenal jalani selama 7 Tahun terakhir dan terus berlanjur sampai sekarang.

Wenger memang membuat perubahan pada sepakbola inggris melalui kedisiplina latihan, pola makan dan perncetakan bakat muda yang membuat Arsenal terus bersaing dipapan atas, tapi hanya sekedar papan atas bukan persaingan Juara. Praktis hanya Duo Manchester dan The Blues yang mempunyai Kans juara, kalau saya boleh kasar The Reds bisa lebih baik dari Arsenal dlm 8 Tahun terakhir berdasarkan perolehan gelar. Jangan jadi Gooners munafik yang bilang ‘Gelar bukan barometer kesuksesan’.

Ini bukan lelucon atau anekdot, ini adalah Fakta yang The Gooners sendiri sulit terima, tetapi bukan malah mengakui kekurangan, banyak The Gooners emmpunyai 1001 macam alas an untuk berdalih kalau Arsenal masih lebih baik dari Manchester City yang 8 Tahun terakhir mempunyai gelar lebih banyak dari Arsenal, bahkan dari Liverpool yang 8 tahun terakhir telah mencicipi gelar UCL, FA Cup dan Carling Cup atau sekarang Capital One. The Gooners itu tetap Great Football (kadang) kalau kita bandingkan dengan Sp*rs. Setidaknya kalau kita bandingkan dengan rival kita yang selalu merasa lebih baik.

The truth hurts. Itulah sebuah kenyataan yang public Arsenal tidak bisa tampik dengan 1001 macam alasan. Loyalitas adalah masalah dalam tubuh Arsenal selama 6tahun terakhir, setelah masa Dennis Bergkamp tidak ada pemain Arsenal yang loyal. King Henry ? apakah anda bisa menyebut dia loyal saat dia pindah ke Barcelona demi memenuhi gelar Liga Champions ? Tidak ada loyalitas pemain bintang saat sebuah tim yang seharusnya mendapat Trofi setiap musim kemudian menganti pemikiran bahwa Posisi 3 sudah berarti gelar.Arsenal tidak akan memiliki Tony Adams, dan Dennis Bergkamp jilid 2 jika pemikiran Board of Director masih memikirkan pemangkasan gaji dan mengaji kecil untuk pemain bintang padahal Arsenal sendiri belum juara selama 7 tahun. Posisi 3 hanya posisi yang diincar Sp*rs bukan Arsenal !

Nasri punya 100 alasan mengapa mengatakan bahwa City akan terus juara dan Arsenal hanya akan memperjuangkan peringkat 3 saja karena menang Arsenal bukan Arsenal saat dipegang David Dein. Seakan Arsenal menjadi tempat percetakan pemain bintang yang haus akan gelar, tanyakan kepada Samir Nasri, Gel Clichy, Emmanuelle Adebayor, Francesc Fabregas, dan (mungkin) Robin Van Persie dan Alex Song rasakan. Hanya Aleksandr Hleb yang mengatakan kalau meninggalkan Arsenal adalah salah, namum yang lainnya hanya bungkam karena hasrat Juara telah terpenuhi, bahkan tidak kuasa untuk mengejek Arsenal karena merasa lebih baik. Mungkin maaf kata jika Arsenal tidak menjadi juara (lagi) untuk 3 tahun kedepan, Olivier Giroud (mungkin) yang akan menjadi Top Skor Arsenal akan rela pergi dengan senang ke Klub yang bisa memberinya hasrat mendapat gelar. Ini bukan lelucon tapi kenyataan. Jack Wilshere tidak akan rela menyianyiakan bakatnya untuk tim yang merasa tempat ke3 adalah sebuah pencapaian yang setara dengan gelar juara.

Bolehkah kita bilang ‘ah lu kan binaan Arsenal, terima kasih donk!’, itu sah saja namun kita tetap harus menerima kenyataan dan mengesampingkan 1001 alasan bahwa memang Arsenal itu 0 Gelar dalam 7 tahun and keep counting dan itu Fakta yang tidak ada rumus lain untuk memecahkan..Mungkin itu alasan mengapa Sp*rs selalu merasa Arsenal dibawah mereka. Loyalitas akan terbentuk jika Klub yang kita diami selalu mendapat gelar setidaknya biar kata jarang mendapat gelar tetapi mempunyai standart tinggi untuk selalu mendapat gelar dan menunjukan keseriusan membenah squad saat transfer. Praktis hanya Andrey Arshavin dan Lukas Podolski yang merupakan nama besar yang mendarat di Emirates dalam beberapa tahun terakhir. Kemana Fernando Llorente, Hugo Lloris, Yoan Gourcuff, Jesus Navas, Karim Benzema seperti yang diberitakan santer ke Arsenal ? kembali itu hanya gossip belaka untuk setidaknya menunjukan ke para Gooners kalau Arsenal masih ‘ingin’ bersaing. Sebuah brainwash kalau pemain muda yang dibeli akan member gelar, namun saat waktunya mereka member gelar meeka akn pindah karena Arsenal sendiri Puasa Gelar.

Kita memang Arsenal Till Die, tetapi kita tidak ingin melihat Arsenal Die for Ivan Gazidis and Arsene. Sudah cukup lelucon transfer, dan target kocak Arsenal. Victoria Concordia Crescit ialah folosofi yang hanya sekedar tercantum di Jersey Arsenal. Tidak ada permainan yang melulu indah selama 2 musim terakhir, praktis hanya saat berhadapan dengan AC Milan di Emirates yang sangat memorial. Arsenal yang kita Rindu ialah saat Arsenal bermain indah saat menaklukan West Ham, dan disitu filosofi Wenger terbukti. Namun, hal tersebut tidak terjadi saat menghadapi QPR. Memang Arsenal menang cuma MENANG HOKI !

Chants ‘we won the leage at Manchester’ sudah kadaluarsa karena kelakuan konyol Andre Santos. memang dia Fans Favorite untuk Stand Up Comedy di sisi kiri pertahanan Arsenal, sampai sampai Lukas Podolski yang seharusnya menjadi Sayap Kiri ikut turun membantu Santos mematikan Valencia yang notabennya cuma bisa lari. Derby United Arsenal tidak sepanas dulu saat Keown, Lehmann meneriaki Van Nistelrooy dan Vieira dengan Roy Keane. Sekarang akan ada selalu sesi tukar jersey saat derby itu selesai, terima kasih Andre Santos, bawa pulang saja kultur Brazil. Ini bukan Arsenal yang kita Kenal.

Arsenal pernah juara Champions ? Tidak, Juara apa terakhir kali ? FA Cup 2005. Oh puasa gelar 7 tahun yah ? Iyah. Kita hanya bisa tertunduk malu mengakuinya. Sekali lagi Kita BUKAN  Sp*rs ! Seandainya, Arsenal Squad musim 2007-2008 masih ada sampai sekarang ‘mungkin’ Arsenal sudah mengakhiri puasa gelar yang berkepanjangan.

Mungkin sudah saatnya mengatakan

Michael Laudrup or Josep Guardiola RT @piersmorgan: It’s time for#Arsenal fans to suggest a replacement for Wenger – names, please.”

Hentikan semua Lelucon ini Arsenal !

 

 

 

 

 

 

 

“Benar kumencintaimu, tapi tak begini, dulu kalau tanding dengan MU kita pasti Ribut…….”

Victoria Concordia Crescit ( Victory Through Harmony not Lucky)

 

 

 

 

Joshua Gunadhi 2012

(IM A GOONERS AND IM ARSENAL TILL I DIE)

The Curse of Number #9

nomor punggung 9. apa yang terlewat dibenak kita saat kita melihat pemain sepak bola bernomor punggung #9 di sepak bola ? kalau saya jelas itu adalah nomor sosok Striker menakutkan yang punya kemampuan menjadi momok bagi pertahanan lawan-nya di setiap pertandingan. sosok pemain yang mampu mencetak gol di saat genting, dan menjadi penyelamat tim-nya disaat tim yang dibelanya membutuhkan gol, bahkan pemain itu menjadi simbol sebuah tim.
ya, nomor #9 mengingatkan saya kepada Kojiro Hyuga (pemain fiksi buatan kartun Jepang, yang mempunyai tendangan dengan macan halilintar serta memakai jersey-nya dengan gaya yang khas yaitu kedua tangan digulung, jadi seperti memakai kaos kutang tak bertangan). memang biasa pemain bernomor #9 itu diidentikan dengan pemain dengan naluri mencetak gol yang tajam, dan sangat agresif di depan gawang.

namun…..

sekitar 2 tahun terakhir nomor punggung #9 terlihat seperti kehilangan sentuhan magisnya di sepakbola. kita ingat Fernando Torres, Dimitar Berbatov, Karim Benzema, Emmanuel Adebayor, Alexis Sanchez, dan mungkin yang terparah adalah Andy Carroll.
saya disini akan mencoba membahas sedikit banyak soal “masalah tabu” yang terjadi di sepakbola yang sedang cukup hangat (yah gue bikin hangat deh) dibicarakan saat ini.

kita mulai dari Tim Premier League yang dibuka oleh ……

  • Chelsea : 9 (Mateja Kezman, Hernan Crespo, Franco Di Santo, dan Fernando Torres)

di tim inilah nomor sembilan menjadi nomor ‘haram’ untuk dipakai, dimulai oleh Gianlucca Vialli, diboyong dengan status mentereng dari Juvenus pemain ini kehilangan sentuhan magisnya. Lalu disusul oleh Mateja Kezman, Striker yang diboyong dr PSV sepaket dengan Arjen Robben ini punya reputsi ‘gila’ di liga belanda dengan 105 goal di 122 game, tapi apa yang terjdi di Chelsea ? Kezman hanya bisa menyarangkan 4 biji goal sepanjang berkarir di Chelsea. tampa jera nomor 9 kembali dipakai Hernan Crespo ! siapa yang tidak kenal dengan Crespo ? salah satu striker terhebat Argentina namun sama kejadiannya dengan Kezman dia kembali tidak bisa enjadi tumpuan Tim. Franco Di Santo ? pemain muda yang di’bilang’ menjanjikan ini-pun tetap tersedot ke Legenda ‘Curse of Number 9’. dan terakhir dipakai oleh Fernando Torres, jelas 1setengah Musim di Chelsea adalah mimpi buruk untuk Torres, ya dia memang mencetak Gol melawan Barcelona di Semi-Final Champions League, namun apa yang terjadi di Liga Domestik ? Torres menjadi penyerang termandul kedua setelah kopatriotnya di Liverpool Andy Carroll, namun saat musim 2012 bergulir perginya Didier Drogba mau tidak mau membuat Torres menjadi tumpuan mesin Gol Chelsea, apalagi dengan prestasinya menjadi Top Scorer EURO 2012, sepertinya Torres harus berjuang dengan ‘Buddha Chelsea (Roberto Di Matteo)’ untuk melunturkan Kutukan nomor 9 dan menjadikannya ‘kembali’ striker terbaik dunia.

  • Arsenal : 9 (Nicolas Anelka – Davor Suker – Francis Jeffers – Jose Antonio Reyes – Julio Baptista – Eduardo da Silva – Park Cho Young – Lukas Podolski?) di tim inilah pengguna nomor 9 setelah legenda besar Alan Smith selalu gagal dan bahkan mendapat musibah. Nicolas Anelka menjadi pemain dengan headline terbesar setelah kepindahaannya ke Real Madrid yang membuat Arsenal untung 22juta Pounds, Permainan oke untuk anak muda namun sayang kelakuan bengal-nya membuat Wenger menjualnya, setelah penjualannya lihat karir Anelka hanya bisa bermain di tim Medioker dan akhirnya bermain di Liga Cina. Davor Suker srtiker yang dibeli dari Real Madrid pun hanya bisa menjadi kambing hitam kekalahan Arsenal di final piala Uefa. Francis Jeffers dibeli dengan julukan ‘fox in the box’ yang akhirnya hanya bisa menjadi ‘fox in the bench’. Jose Antonio Reyes, saya bisa memberi penjelasan karinya ialah (dibeli mahal – main bagus – juara – homesick – balik ke Spain – dijual Arsenal ke Real Madrid – sekarang, tidak tau main dimana). Julio Baptista sempat membuat Headline media dengan mencetak 4 gol ke gawang Liverpool di Carling Cup, tapi hanya itu keran gol-nya sselama semusim bermain di Arsenal yang akhirnya menolak opsi pembelian yang ditawarkan Real Madrid. Eduardo da Silva (lincah, tajam, dan cepat) tapi belum sampai 1 musim berbaju Arsenal dia harus mengalami kejadian ternaas pengguna no 9 di Arsenal yaitu Cedera Patah Ankle Kaki Kiri saat menghadapi Birmingham City setelah itu karir Eduardo akhirnya meredup. terakhir Jerey ini digunakan oleh Park Cho Young striker Pintar (ber-IQ 150) ini tidak bisa apa apa 2 match di Liga Utama, total 8 game hanya bisa mencetak 1 gol dan sekarang dipersilahkan keluar dr Emirates Stadium. saya berdoa semoga Lukas Podolski tidak menggenakan nomor tersebut sebagai nomor resmi karena bisa bisa karir dia sama seperti karir no 9 lainnya.

sisanya ada nama (Karim Benzema – Emanuelle Adebayor – Dimitar Bebatov – Alexis Sanchez – Zlatan Ibrahimovic dan Andy Carrol)

Karim Banzema : Striker ini dibeli dari Lyon dengan harga selangit dan ekspetasi selangin, namun apa yang terjadi dimusim pertamanya dia kalah saingan oleh Gonzalo Higuain yang sangat magis dari cadangan, dimusim ke2 memang lebihbaik, namun apa yang terjadi di Timnas Prancis, saat dia diizinkan menggunakan nomor 10 ? tidak satu gol-pun diberika untuk Prancis, bermain dibawah form. (mungkin efek dr nomor 9 Madrid mungkin ?)

Emanuelle Adebayor : Musuh Utama The Gooners. Pemain yang dijuluki The Baby Kanu ini punya reputasi mentereng sebagai pengedor utama Arsenal bersama Thierry Henry, sebelum pindah ke Mnchester Shit-ty (City) permainan musim pertama dibawah form, akhirnya cidera terus, dan dipinjam ke Real Madrid (disana meraih gelar Copa Del Rey Namun hanya cadangan mati), kembali ke Inggris bermain untuk Tottenham Hotspurs, menjadi starter, namun keran gol-nya meredup bahkan saat kembali dari masa pinjaman dia sedang diputus kontrak dan mengharuskan-nya mencari klub baru (poor you ade)

Alexis Sanchez – Zlatan Ibrahimovic : dua striker ini didatangkan bergantian Ibrakadabra didtangkan dengan paket transfer terbesar 20+juta dengan Samuel Eto’o, di Brca Ibra membuat 21 gol di segala ajang di dalam satu Musim, tapi apa yang terjadi dia dibilang ‘pembelian gagal’ dan dipinjamkan ke Ac Milan, dan terlibat konflik dengan Pep Guardiola. come on 21 gol semusim gagal ? itulah kerasnya hidup di Catalan. Alexis Sanchez didatangkan Barcelona setelah berbut oleh banyak klub, Striker Chile ini bermain luar biasa untuk Udinese, diBarcelona ? (Cidera Cidera dan Cidera) menyumbang sedikit gol dan permainan selalu dibawah rata rata, tapi herannya masih dipertahankan.

Dimitar Berbatov : Halo pendukung MU ! Kemana Berba-gol musim ini ? musim lalu sangat luar bisa Berba menjadi pemain subur, meski pergerakannya agak lambat namun efektif, mengingatkan kita kepada legenda #9 Fillipo Inzaghi, namun musin 2011-2012 ? Berba seakan tidah pernah muncul di pertandingan bahkan kalah saing oleh Danny Welbeck.

aha ! ANDY CARROLL (saya excited soal pemain ini) : Identik dengan tubuh besar, dan rambut buntut kuda, yah seperti Kuda Pacu ! di Newcastle dia pengedor utama sepeninggal Alan Shearer dibeli dengan harga 35jt Punds Carrol hanya bisa mencetak 4 gol (kl tidak salah), digadang” sebagai pengganti Torres namun cuma bisa jadi Kuda bodoh yang bermain di tim besar, apakah Carroll akan senasib dengan Torres ? kita lihat, oh sepertinya Carroll akan menjadi suram setelah pelatih baru Liverpool (pelatih baru lagi?!) tidak tertarik menggunakan jasa Carroll, selamat tinggal Andy !

  • Ilham Jayakesuma dan Christian ‘El Loco’ Gonzales : hanya di Indonesa nomor 9 menjadi nomor jauh dari Curse / Kutukan, setelah Ilham menjadi pengedor indonesia di 2004 Tiger Cup dengan 7 Gol, dan diwariskan ke El Loco Gonzales yang menjadi pemain tersubur Indonesia di ajang 2010 AFF Suzuki Cup. yah semoga saja pemain #9 Indonesia selalu menjadi Striker Subur dan membawa Indonesia ke Next Level di dunia Sepak Bola

sekali lagi ini hanya tulisan seorang penulis dunia maya, mau seperti apa prestasi pemain itu di Club kita sebagai Fans selalu mendukung apa yang kita dukung. Salam bagi pencinta bola yang membaca dan

GET READY FOR THE NEW SEASON FULL OF EXCITMENT !